Jumat, 25 Februari 2011

BANTIMURUNG: A STILL DREAM GEOPARK FOR WORLD’S CLIMATE DETERMINATOR

Bantimurung, sebuah tempat wisata alam dengan air terjun yang menawan dan populasi kupu-kupu yang indah. Terletak di kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Bantimurung sanggup menghembuskan hawa segar untuk mengurangi kepengapan hiruk pikuk kota-kota di sekitarnya. Menyajikan panorama alam yang menenangkan hati, memperdengarkan bisikan air yang jatuh memecah bebatuan, sebuah kombinasi arsitektur alam yang mengagumkan.
            Ternyata bukan hanya keindahan itu yang disimpan oleh Bantimurung, iapun memiliki cerita sedih di baliknya. Para pengunjung yang seyogyanya dating untuk mengagumi dan meenjaga keindahan yang disajikan Bantimurung bagi mata dan jiwa mereka, seringkali bertindak sangat sembrono dan merugikan. Telah banyak fasilitas umum di sekitar kawasan wisata ini yang rusak, dan barang-barang peniggalan sejarah yang berada di gua Leang-leang, banyak yang sudah tidak terawat dan bahkan hilang.
            Hal ini segera mengundang banyak keprihatinan para kalangan pemerhati lingkungan. Berbagai wacana pun digulirkan dan ide-ide dilontarkan, dialog-dialog diadakan dengan para stakeholders Maros untuk membicarakan solusi agar areal wisata air terjun setinggi dua puluh meter dengan lebar lima belas meter ini, tetap terjaga. Bukan hanya demi kepentingan ekonomi semata tetapi karena menyadari arti yang mendalam dari Bantimurung itu sendiri.
            Ternyata sang pemilik dari kerajaan kupu-kupu ini menyimpan keunggulan lain yang tidak tanggung-tanggung. Bantimurung memiliki ekosistem Karst, ekosistem batu gamping yang sangat besar, bahkan disebut-sebut sebagai ekosistem Karst terbesar kedua di asia setelah China. Sifat-sifat kawasan ini, yaitu memiliki bentukan bukit dan lembah yang khas akibat proses-proses pelarutan, terdapat gua-gua, aliran sungai bawah tanah, dan mata air.
            Inilah alasan mengapa Bantimurung acapkali disebut sebagai salah satu pengatur iklim dunia. Bayangkan saja ekosistem karst yang sangat besar, yang ternyata mampu menyerap banyak sekali karbondioksida di udara, menyegarkan udara yang menjadi kebutuhan paling pokok mahluk hidup. Selain itu, ekosistem ini memungkinkannya untuk menjadi bak penyimpan air tawar yang super besar dengan masa tinggal yang ideal. Dapat dibayangkan bahwa kawasan ini bias menjadi penyuplai air bersih bagi masyarakat setempat dan bahkan wilayah di sekitarnya. Ekosistem Karst mampu menyimpan air tawar selama tiga hingga empat bulan setelah musim penghujan, sehingga sebagian besar sungai bawah tanah dan mata air bias mengalir sepanjang tahun.
            Selain itu, ternyata Bantimurung juga menjadi rumah bagi flora dan fauna khas Sulawesi Selatan, bahkan juga menjadi habitat dari beberapa spesies langka dunia. Spesies yang hanya kaan ditemukan di tempat ini. Penelitian menemukan adanya ikan tanpa mata, dan kerang berbulu di kawasan wisata Bantimurung ini. Jenis spesies yang baru dalam dunia flora Indonesia bahkan dunia. Jadi secara local, Bantimurung mampu menjadi kawasan wisata bernilai ekonomis dan merupakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat local. Secara nasional, Bantimurung menjadi sebuah ekosistem alam yang mewakili kekhasan dan keunikan flora dan fauna alam Indonesia, dan secara internasional, Bantimurung telah menjadi pemberi kontribusi menyegarkan udara planet ini. Menjadi salah satu penentu iklim dunia.
            Meliihat berbagai kelebihan di atas, bukanlah suatu hal yang mengejutkan untuk menjadikan kawasan wisata Bantimurung sebagai sebuah Geopark. Hal ini tentu saja agak terlambat, tetapi merupakan suatu langkah maju yang sangat tepat. Menjadikan Bantimurung sebagai national geopark, bukan saja membantu untuk memberikan kelayakan pada kawasan wisata ini, tetapi juga memperkenalkannya pada dunia. Menggaungkan pada dunia ada sebuah tempat di Indonesia yang begitu berkualitas dan berkontribusi terhadap setiap udara yang mereka hirup, serta keteraturan alam yang masih bias mereka nikmati, jika ditilik dari bagaimana industri-industri mereka telah menggerogoti alam planet ini.
            Syarat-syarat untuk geopark sendiri, berdasarkan Jejaring Global Geopark Network (GGN) Unesco, adalah harus memiliki geologi dan bentang alam, struktur manajemen dan pengelolaan yang baik, informasi dan lingkungan untuk pendidikan, memiliki kegiatan knowledge-based geotourism yang dilaksanakan, pelaksanaan ekonomi regional yang berkelanjutan, akses masyarakat terhadap kegiatan tersebut.
            Berupaya untuk mewuujudkan harapan ini, kini masyarakat, pemerhati lingkungan, dan stakeholders di Maros telah melakukan berbagai kemitraan dan dialog untuk menuju Bantimurung sebagai national geopark. Keinginan ini telah membawa masyarakat dan pemerintah setempat dalam satu koridor untuk memperbaiki diri dan memberikan perlakuan yang matang terhadap kawasan berharga ini.
            Bias dibayangkan kemudian, jika masyarakat dan pemerintah setempat bisa memanfaatkan mata air di Bantimurung ini untuk kebutuhan air masyarakat setempat, tentunya tidak akan masalah lagi dengan pasokan air sepanjang tahun. Selain itu, nilai ekonomis lainnya, air ini bahkan bisa dijadikan suatu brand air minum dalam kemasan berskala internasional, karena air tawar dalam ekosistem karst memiliki kelebihan yang tidak ditemukan pada mata air lainnya. Air di kawasan ini memiliki kualitas yang sangat bagus, sangat jernih karena sedimen yang ada sudah terperangkap dalam material isian atau rekahan. Debitnya stabil sepanjang tahun dan mudah dikelola, karena bisa ditemukan di kaki-kaki bukit sehingga tidak perlu dipompa. Jika ini kemudian dijadikan asset nasional untuk wilayah domestik Indonesia, tentunya kita mampu memberikan air bersih pada masyarakat dengan brand local yang berkualitas.
            Terlepas dari mata air yang melimpah, ketika Bantimurung kemudian hari menjadi national geopark of Indonesia, hal ini akan menjadi wilayah wisata baru yang berstandar internasional. Prospek ke depannya sangat bagus. Berbagai kelebihan yang telah dipaparkan di atas akan menjadi angin segar bagi para pengunjung baik domestic maupun internasional. Perlu kita sadari, seiring dengan berbagai isu kerusakan dan bencana alam yang mendera dunia, seiring itu pula konsentrasi penduduk dunia terhadap hal-hal berbau lingkungan meningkat. Apalagi Indonesia memang dikenal sebagai sang paru-paru dunia.
            Tak dapat dinafikkan bahwa masih banyak yang harus dibenahi untuk mewujudkan harapan ini. Akan tetapi, sejalan dengan keseriusan dan tingginya kesadaran serta pertisipasi baik masyarakat, para pemerhati lingkungan, dan pemerintah, tentunya harapan ini tidak akan menjadi hal yang mustahil. Perlu kita patrikan bahwa dengan memberikan tempat yang pantas bagi kawasan wisata Bantimurung ini, dengan sendirinya akan memberikan kelayakan perlakuan pula padanya. Berbagai fasilitas yang tidak layak, akan diperbaharui. Serta poin penting dari hal ini adalah memberikan sentuhan segar yang baru bagi dunia internasional akan eksotisnya bumi pertiwi ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar